Laman

Selasa, 23 Desember 2014

Asuhan Keperawatan Penyakit Asma

Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Asma

A. Pendahuluan
    
     Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.(Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611).
    Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
    Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran napas-saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-paru. Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan). Saluran napas penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang mempunyai alergi menyandang asma (Bull & Price, 2007). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer, suzanne c,2002). Asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Selama serangan asma, lapisan bronkus tabung membengkak, menyebabkan saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.

B. Klasifikasi

     Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala (Hadibroto & Alam, 2006)
  1. Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik. 
  2. Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru relatif menurun.
  3. Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.
  4. Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi. Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat menurun.
Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala (Hadibroto & Alam, 2006):
1.      Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80%.
2.      Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak nyaring, batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.
3.      Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan duduk agar dapat bernapas, APE kurang dari 50%.
 
C. Pengkajian

     1. Aktivitas/istirahat

Gejala :Pada klien dengan Asma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit berafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi tinggi, dispnoe pada saat istirahat atau respon terhadap aktivatas/latihan.

Tanda :Tanda-tandanya antara lain keletahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

      2. Sirkulasi

Gejala : Gejala yang ditimbulkan antara lain pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : Tanda-tandanya antara lain peningkatan TD, peningakatan frekuensi jantung/takikardi berat,disritmia,distensi vena leher,odema dependan,tidak berhubungan dangan penyakit jantung, bunnyi jantung redup (berkaitan dengan peningkatan diameter AP dada), warna kulit/membran mukosa normal/abu-abu(sianosis), kaku tubuh,sianosis perifer,pucat dapat menunjukkan anemia.

      3. Makanan/cairan

Gejala : mual,muntah,nafsu makan buruk/anoreksia,kemampuan untuk makan menurun karena distress pernafasan, penurunan BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukan edema(bronkitis).

Tanda : turgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat.

      4. Pernafasan

Gejala : nafas pendek,dispnoe, dada terasa tertekan,sesak nafas berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi atau debu/asap, faktor keluarga/keturunan.

Tanda :pernafasan cepat/lambat, penggunaan otot bantu pernafasan, nafas bibir, barrel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan atau pekak pada paru, sianosis bibir dan pada dasar kuku.

      5.  Higiene

Gejala : Penurunan kemampuan beraktivitas.

Tanda : kebersihan buruk, bau badan.

      6. Keamanan

Gejala :riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat/faktor lingkungan, adanya infeksi, kemerahan/berkeringat.

      7. Seksualitass

Gejala : Penurunan libido.

      8. Interaksi sosial

Gejala : hubungan ketergantungan , kurang sistem pendukung, penyakit lama/ketidkmampuan membaik.

Tanda :Ketidakmampuan mempertahankan suara, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain (Doenges, Marilynn. 2000:152).


D. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan bernapas
3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan regumen pengobatan (Doenges,2003) 



E. Intervensi 

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
a. Tujuan: jalan nafas kembali efektif
b. Kriteria hasil: dapat mendemontrasikan batuk efektif dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret
c. Intervensi
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki. R: beberapa derajat spasme bronkus terjadi sumbatan di jalan nafas
2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan. R: takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan atau selama stres
3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. R: peninggian kepal memudahkan untuk bernafas
4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir R: memberikan cara kepada pasien untk memgontrol dan mengatasi dispnea
5) Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah R; batuk pendek, basah biasanya sekret ikut keluar bersama batuk
6) Lakukan tindakan suction R: untuk mengangkat ssekret dari jalan pernafasan
7) Koaborasi dengan doter R: untuk pemberian obat
2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas.
a. Tujuan: pola nafas pasien menjadi efektif
b. Kriteria hasil: · Dada tidak ada gangguan pengembangan · Pernafasan menjadi normal 18-24 x/menit
c. Intervensi
1) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan R: dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan bervariasi
2) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi R: dududk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
3) Observasi pola batuk dan karakter sekret R: menegtahui batuk keribg atau basah serta warna dari sekret itu
4) Berikan pasien latihan nafas dalam atau batuk efektif R: dapat meningkatkan sekret di mana ada gangguan ventilasi sitambah ketidaknyamana bernafas
5) Berikan O2 tambahan R: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
6) Bantu fisioterapi dada R: memudahkan upaya bernafas dalm dan meningkatkan draenase sekret
3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,
a. Tujuan: pertukaran gas menjadi efektif
b. Kriteria Hasil: Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang
c. Intervensi:
1) Kaji TTV R: perubahan TD terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis
2) Kaji tingkat kesadaran/ perubahan mental R: hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah dan peka rangsang
3) Observasi adanya sianosis R: Menunjukkanhipoksemia sistemik
4) Tinggikan kepala tempat tidur sesui kebutuhan pasien R: meningkatkan ekspansi dada serta membuat mudah bernafas
5) Awasi BGA (blood gas analysis) R: untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah
6) Berikan O2 sesui indikasi R: memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan regumen pengobatan
a. Tujuan: pasien paham kondisi, tindakan yang akan dilakukan
b. Kriteria hasil: · Penampilan releks saat di lakukan pengobatan · Berpartisipasi dalam program pengobatan
c. Intervensi
1) Kaji TTV (Vital Signs) R: untuk mengetahui TTV(Vital Signs) pasien
2) Jelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan R: agar pasien tahu tentang tindakan yang dilakukan perawat kepadanya
3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis maupun verbal R: kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk menangkap informasi
4) Tekankan perlunya melanjutkan pengobatan selama periode R: penghentian dini pengobatan dapat menyebabkan kekambuhan pada asma
5) Tekankan pentingnya melanjutkan intervensi medi R: dapat mencegah terjadi komplikasi (Doenges,2003)

F. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan respons klien.
2)Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan.
3) Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4)Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.
5) Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan.
6) Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).
7) Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.
8) Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.
9) Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
10) Bersifat holistik.
11) Kerjasama dengan profesi lain.
12) Melakukan dokumentasi

G. Evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000) Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1) Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3) Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.


Daftar Pustaka
1.       Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
2.       Kozier et al,. 1995. Fundamental of Nursing: Consept, Process and Practice, Philadelpia: Addison-Wesley Publ.
3.       Potter, P. A. & Perry, A. G. (1997) Fundamentals of Nursing: concepts, process, and practice. 4th ed. St. Louis: Mosby.
http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-implementasi-keperawatan/ Read more: http://www.abcmedika.com/2014/02/askep-asma.html#ixzz3MhtVTS00

Copyright © 2013-2014 ABC Medika | available at:http://www.abcmedika.com/2014/02/askep-asma.html


Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.(Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611). Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.(dokterthesa,2009) Read more: http://www.abcmedika.com/2013/09/penyakit-asma.html#ixzz3MhiRvNLz

Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2013/09/penyakit-asma.html
Thanks for Your visit
Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Asma

Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/askep-asma.html
Thanks for Your visit