Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Asma
A. Pendahuluan
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu,
dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan
dispnea, batuk dan mengi.(Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal.
611).
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.
Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran napas-saluran
kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-paru. Asma adalah
penyakit inflamasi (peradangan). Saluran napas penyandang asma biasanya menjadi
merah dan meradang. Asma sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah
asma. Namun demikian, tidak semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak
semua orang yang mempunyai alergi menyandang asma (Bull & Price, 2007).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer,
suzanne c,2002). Asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan serangan
berulang sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam tingkat keparahan dan
frekuensi dari orang ke orang. Selama serangan asma, lapisan bronkus tabung
membengkak, menyebabkan saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran
udara masuk dan keluar dari paru-paru.
B.
Klasifikasi
Klasifikasi
tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala
(Hadibroto & Alam, 2006)
- Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.
- Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru relatif menurun.
- Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.
- Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi. Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat menurun.
Klasifikasi tingkat penyakit asma
berdasarkan berat ringannya gejala (Hadibroto & Alam, 2006):
1. Asma akut ringan, dengan gejala:
rasa berat di dada, batuk kering ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena
batuk atau sesak napas, mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak
Aspirasi) kurang dari 80%.
2. Serangan asma akut sedang, dengan
gejala: sesak dengan mengi agak nyaring, batuk kering/berdahak, aktivitas
terganggu, APE antara 50-80%.
3. Serangan asma akut berat, dengan
gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat terputus-putus, tidak bisa
barbaring, posisi harus setengan duduk agar dapat bernapas, APE kurang dari
50%.
C. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :Pada klien dengan
Asma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, malaise,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit berafas,
ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi tinggi, dispnoe pada saat
istirahat atau respon terhadap aktivatas/latihan.
Tanda :Tanda-tandanya antara
lain keletahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Gejala yang ditimbulkan
antara lain pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Tanda-tandanya antara
lain peningkatan TD, peningakatan frekuensi jantung/takikardi
berat,disritmia,distensi vena leher,odema dependan,tidak berhubungan dangan
penyakit jantung, bunnyi jantung redup (berkaitan dengan peningkatan diameter
AP dada), warna kulit/membran mukosa normal/abu-abu(sianosis), kaku
tubuh,sianosis perifer,pucat dapat menunjukkan anemia.
3. Makanan/cairan
Gejala : mual,muntah,nafsu makan
buruk/anoreksia,kemampuan untuk makan menurun karena distress pernafasan,
penurunan BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukan edema(bronkitis).
Tanda : turgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat.
4. Pernafasan
Gejala : nafas pendek,dispnoe, dada
terasa tertekan,sesak nafas berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi
atau debu/asap, faktor keluarga/keturunan.
Tanda :pernafasan cepat/lambat,
penggunaan otot bantu pernafasan, nafas bibir, barrel chest, gerakan diafragma
minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi,
hiperesonan atau pekak pada paru, sianosis bibir dan pada dasar kuku.
5. Higiene
Gejala : Penurunan kemampuan beraktivitas.
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
6. Keamanan
Gejala :riwayat reaksi alergi /
sensitif terhadap zat/faktor lingkungan, adanya infeksi, kemerahan/berkeringat.
7. Seksualitass
Gejala : Penurunan libido.
8. Interaksi
sosial
Gejala
: hubungan ketergantungan , kurang sistem pendukung, penyakit
lama/ketidkmampuan membaik.
Tanda :Ketidakmampuan mempertahankan suara,
keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain
(Doenges, Marilynn. 2000:152).
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan penurunan kemampuan bernapas
3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan retensi CO2,
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
regumen pengobatan (Doenges,2003)
E. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan sekret.
a. Tujuan: jalan nafas
kembali efektif
b. Kriteria
hasil: dapat mendemontrasikan batuk efektif dapat menyatakan strategi untuk
menurunkan kekentalan sekret
c. Intervensi
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,
mis; mengi, krekels, ronki. R: beberapa derajat spasme bronkus terjadi sumbatan
di jalan nafas
2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan. R: takipnea
biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan atau
selama stres
3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis :
peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. R: peninggian
kepal memudahkan untuk bernafas
4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir R:
memberikan cara kepada pasien untk memgontrol dan mengatasi dispnea
5) Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk
pendek, basah R; batuk pendek, basah biasanya sekret ikut keluar bersama batuk
6) Lakukan tindakan suction R: untuk mengangkat
ssekret dari jalan pernafasan
7) Koaborasi dengan doter R: untuk pemberian obat
2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan
bernapas.
a. Tujuan: pola nafas pasien
menjadi efektif
b. Kriteria hasil: · Dada tidak
ada gangguan pengembangan · Pernafasan menjadi normal 18-24 x/menit
c. Intervensi
1) Monitor
frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan R: dispnea dan terjadi peningkatan
kerja nafas, kedalaman pernafasan bervariasi
2) Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi R: dududk tinggi memungkinkan ekspansi paru
dan memudahkan pernafasan
3) Observasi
pola batuk dan karakter sekret R: menegtahui batuk keribg atau basah serta warna
dari sekret itu
4) Berikan
pasien latihan nafas dalam atau batuk efektif R: dapat meningkatkan sekret di
mana ada gangguan ventilasi sitambah ketidaknyamana bernafas
5) Berikan O2
tambahan R: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
6) Bantu
fisioterapi dada R: memudahkan upaya bernafas dalm dan meningkatkan draenase
sekret
3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi
CO2,
a. Tujuan: pertukaran gas menjadi
efektif
b. Kriteria Hasil: Menunjukkan
perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang
c. Intervensi:
1) Kaji TTV R:
perubahan TD terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis
2) Kaji
tingkat kesadaran/ perubahan mental R: hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan
pertama kali oleh gelisah dan peka rangsang
3) Observasi
adanya sianosis R: Menunjukkanhipoksemia sistemik
4) Tinggikan
kepala tempat tidur sesui kebutuhan pasien R: meningkatkan ekspansi dada serta
membuat mudah bernafas
5) Awasi BGA
(blood gas analysis) R: untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah
6) Berikan O2
sesui indikasi R: memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan regumen pengobatan
a. Tujuan: pasien paham kondisi,
tindakan yang akan dilakukan
b. Kriteria hasil: · Penampilan
releks saat di lakukan pengobatan · Berpartisipasi dalam program pengobatan
c. Intervensi
1) Kaji TTV
(Vital Signs) R: untuk mengetahui TTV(Vital Signs) pasien
2) Jelaskan
kepada pasien sebelum melakukan tindakan R: agar pasien tahu tentang tindakan
yang dilakukan perawat kepadanya
3) Berikan
informasi dalam bentuk tertulis maupun verbal R: kelemahan dan depresi dapat
mempengaruhi kemampuan untuk menangkap informasi
4) Tekankan
perlunya melanjutkan pengobatan selama periode R: penghentian dini pengobatan
dapat menyebabkan kekambuhan pada asma
5) Tekankan
pentingnya melanjutkan intervensi medi R: dapat mencegah terjadi komplikasi
(Doenges,2003)
Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 1997).
Beberapa
pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah
sebagai berikut:
1) Berdasarkan
respons klien.
2)Berdasarkan
ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional,
hukum dan kode etik keperawatan.
3) Berdasarkan
penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4)Sesuai
dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.
5) Mengerti
dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan.
6) Harus dapat
menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan
peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).
7) Menekankan
pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.
8) Dapat
menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.
9) Memberikan
pendidikan, dukungan dan bantuan.
10) Bersifat
holistik.
11) Kerjasama
dengan profesi lain.
12) Melakukan
dokumentasi
Menurut Craven
dan Hirnle (2000) Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon prilaku klien yang tampil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada
tahap evaluasi meliputi:
1) Masalah
teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
2) Masalah
sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
3) Masalah
tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.
Daftar Pustaka
1.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G.
2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
2.
Kozier et al,. 1995. Fundamental of Nursing:
Consept, Process and Practice, Philadelpia: Addison-Wesley Publ.
3.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (1997)
Fundamentals of Nursing: concepts, process, and practice. 4th ed. St. Louis:
Mosby.
http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-implementasi-keperawatan/
Read more: http://www.abcmedika.com/2014/02/askep-asma.html#ixzz3MhtVTS00 Copyright © 2013-2014 ABC Medika | available at:http://www.abcmedika.com/2014/02/askep-asma.html
Asma adalah penyakit
jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan
dispnea, batuk dan mengi.(Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001.
Hal. 611).
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.(dokterthesa,2009)
Read more:
http://www.abcmedika.com/2013/09/penyakit-asma.html#ixzz3MhiRvNLz
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2013/09/penyakit-asma.html
Thanks for Your visit
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2013/09/penyakit-asma.html
Thanks for Your visit
Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Asma
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/askep-asma.html
Thanks for Your visit
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/askep-asma.html
Thanks for Your visit